Sebelum Dark Souls membuat pemain frustrasi dengan kematian berulang, ada Ninja Gaiden 2—game yang menjadikan “rage quit” sebagai bagian dari pengalaman default. Kini, dengan rilis Ninja Gaiden 2 Black, Team Ninja menghidupkan kembali legenda ini dengan polesan modern. Tapi apakah Ryu Hayabusa masih relevan di era checkpoint dan difficulty modes yang ramah pemula?
- Developer & Publisher // KOEI TECMO GAMES
- Platforms // PC, PlayStation 5, Xbox Series X|S (Xbox Game Pass Ultimate)
- MSRP & Release Date // $49.99, January 23rd , 2025
- Reviewed On // PC (PC Game Pass) and PS5 Pro
- Processor – AMD Ryzen 5900x
- 32GB DDR4
- GPU – Nvidia Geforce 3080
Gameplay: Tarian Maut yang Tak Ada Ampun
Seperti samurai yang mengasah pedangnya, Ninja Gaiden 2 Black menyempurnakan sistem pertarungan yang sudah hampir sempurna. Gerakan Ryu lebih responsif, combo Dragon Sword terasa seperti menyambar petir, dan musuh—oh, musuh—mereka tak sekadar cannon fodder. Setiap iblis bersenjata ganda atau ninja bayangan bisa memenggal kepala Anda dalam dua gerakan jika lengah.
Mekanik baru “Ultimate Ninja Mode” di versi Black layak disebut. Di sini, nyawa tak bisa di-regen dengan sembarangan. Anda harus earn it dengan eksekusi sempurna. Bayangkan menonton John Wick sambil bermain Guitar Hero—itulah ritme yang diperlukan.
Visual & Performa: Darah yang Lebih HD, Kematian yang Lebih Cinematic
Remaster ini meningkatkan resolusi ke 4K/60 FPS, membuat setiap percikan darah dari Izuna Drop terlihat… indah. Desain level seperti kuil kuno Venice atau markas iblis di Tengu Mountain mendapat sentuhan tekstur baru. Tapi jangan salah—Black tetap setia pada estetika grimy tahun 2008. Ini bukan Ghost of Tsushima, tapi justru di situlah pesonanya.
Narasi: Cerita? Fokuslah pada Pertarungan!
Jika Anda mencari drama kompleks ala The Last of Us, salah alamat. Kisah Ryu menyelamatkan dunia dari Archfiend masih sekadar pemanis. Tapi justru di sini Team Ninja jujur: Ninja Gaiden selalu tentang gameplay first. Bahkan cutscene pun bisa di-skip dengan satu tombol—seolah devs berbisik, “Lets get back to the action, shall we?“
Soundtrack: Simfoni Kekacauan
Dari dentuman shuriken yang menancap di daging hingga teriakan musuh yang terpotong, desain suara di sini adalah mahakarya. Lagu latar yang orkestral mengingatkan pada ninja epic era 90-an, tapi dengan bass yang mengguncang tulang rusuk.
Untuk Siapa Game Ini?
Ninja Gaiden 2 Black ibarat kopi hitam pekat—tidak untuk semua lidah. Pemain yang terbiasa dengan auto-save dan easy mode mungkin akan muntah darah. Tapi bagi yang haus tantangan, ini adalah masterclass desain gameplay.
Verdict:
8.5/10 ⭐⭐⭐⭐⭐
Ninja Gaiden 2 Black tetap menjadi raja di genre action-hardcore. Meski ceritanya datar dan beberapa boss battle terasa murahan, gesitnya pertarungan dan kepuasan saat menguasai mekaniknya tak tertandingi. Sebuah pengingat: gaming bukan selalu tentang kenyamanan—kadang, kita perlu dikalahkan dulu untuk benar-benar merasa hidup.
Tips dari Redaksi: Sediakan controller cadangan. Trust me.